| 0 komentar ]

Panitia Paskah 2009 bekerja sama dengan Seksi Kesehatan Paroki St. Thomas Rasul dan
Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI)

Pelaksanaan :
Waktu : 15 Maret 2009
Tempat : Paroki St. Thomas Rasul Jl. Pakis Raya Blok G/5, Bojong Indah.
Telp : 5810977, 5811602, 5825806

Bagi Umat yang berminat dapat secepatnya mengambil formulir pendaftaran pada ketua Lingkungan masing-masing. Formulir pendaftaran dan persyaratan lainnya sudah harus dikembalikan ke Panitia Paskah 2009, atau Sekretaris gereja, selambat-lambatnya pada hari Minggu Tanggal 22 Februari 2009

Sumber : Panitia Paskah 2009 Paroki St. Thomas Rasul Bojong Indah
.

Baca Selengkapnya...
| 1 komentar ]

Seorang ayah, kebetulan pengusaha kaya multi-usaha, menghadapi persoalan yang amat pelik. Siapakah yang harus dipilihnya menjadi president& CEO menggantikan dirinya memimpin kerajaan bisnisnya yang sudah dibangun susah payah lebih dari setengah abad?
Kini usianya sudah berkepala tujuh dan penyakit-penyakit tua sudah mulai menggerogoti dirinya. Ia tahu sebentar lagi dirinya akan mengikuti jejak nenek moyangnya menuju lorong hidup manusia fana.


Anaknya tiga orang. Si sulung amat cerdas, meraih MSc. dan MBA luar negeri, ia berselera canggih, senang glamour, ambisius, dan punya pergaulan yang luas di kalangan jet set. Cuma si ayah cukup khawatir karena si sulund ini punya bakat bercumbu dengan bahaya seperti (konon) keluarga kennedy. Nalurinya besar, dan niat curangnya pun cukup kuat. Singkatnya, ia cerdas, kreatif, namun lihai dan licin.
Si tengah, lebih hebat lagi. Bergelar PhD. Bidang kimia dari universitas beken di amerika. Ia lulus dengan predikat magna cum laude. Papernya bertebaran di jurnal-jurnal internasional. Bangga sekali hati si ayah yang Cuma lulus SMP zaman jepang. Dia dosen dan peneliti. Dan diperusahaan ayahnya dia menjabat sebagai Direktur Riset dan Pengembangan. Tetapi menjadi CEO, dia terlalu akademis. Kurang cocok dengan bisnis mereka yang kini berspektrum sangat lebar.
Si bungsu, satu-satunya perempuan, Cuma lulus S1 dalam negeri. Meskipun sejak lima tahun ia bergabung dengan usaha ayahnya sebagai Direktur Grup Konsumer, tetapi ia mulai karirnya di perusahaan asing sebagai wiraniaga (marketing Exsekutive). Ia merangkak dari bawah hingga 15 tahun kemudian mencapai posisi General Manager. Otaknya kalah brilian dibanding kedua kakaknya.
Meskipun cenderung hemat berkata-kata, namun ia menunjukkan bakat memimpin yang baik. Ia mampu mendengar dengan intens. Berbagai pendapat dan gagasan biasa diolahnya dengan dalam. Gaya hidupnya biasa saja. Ia disenangi sekaligus disegani orang karena sikapnya yang fair, jujur, dan mampu merakyat dengan para bawahannya.
Nah, jika Ada adalah konsultan idependen, siapakah pilihan anda menggantikan sang patriarch menjadi president &CEO?Saya bertaruh, sebagian besar Anda akan menominasikan si bungsu. Dan si ayah juga demikian. Masalah ini menjadi pelik, karena menurut adat istiadat, si sulung pewaris takhta. Dan, ia sangat berambisi untuk itu. Sedang si bungsu, selain paling buncit, perempuan lagi. Jadi ia kalah status, gelar, dan gender. Bagai mana jalan keluarnya? Konsultan angkat tangan. Rujukan buku teks tidak ada. Sang patriarch ahirnya hanya mengandalkan wibawa dan hikmatnya sebagai ayah.
Lalu dipanggilnya ketiga anaknya. Dibentangnya persoalan secara gamlang. diuraikannya plus-minus setiap anaknya. Dianalisisnya kemungkinan sukses masing-masing memimpin grup usaha itu menuju millennium ketiga. Dialogpun dimulai. Dan siayah segera maklum, dead lock akan terjadi. “Sudahlah, aku akan memutuskan sendiri siapa penggantiku,” kata orang tua itu ahirnya. Ketiganya menurut. Seminggu kemudian, si ayah datang dengan sebuah ujian. ”Barangsiapa bisa mengisi ruang ini sepenuh-penuhnya, maka ialah penggantiku ,”katanya sambil menunjuk ruang rapat yang Cuma terisi empat kursi dan sebuah meja bundar. “Budget maksimum Rp 1 juta,” tambahnya lagi.
Kesempatan pertama jatuh pada si sulung. Enteng, pikirnya. Besoknya, dipenuhinya ruangan itu dengan cacahan kertas berkarug-karung. Dan memang ruangan itu menjadi padat. “Bagus, besok giliranmu,” kata si ayah kepada anak keduanya.
Duapuluh empat jam kemudian, ruangan itu pun dipenuhinya dengan butiran styro-foam yang diperolehnya dengan menghancurkan bekas-bekas packaging. ”oke, besok giliranmu,” kata sang patriarch menunjuk putrinya.
Esoknya, ketika acara inspeksi dimulai, ternyata ruangan masih kosong. ”Lho, kok kosong?” Tanya ketiganya hamper serempak. Sang putri diam saja. Dimatikannya saklar lampu. Dari sakunya dia keluarkan sebatang lilin. Ditaruhnya diatas meja. Lalu disulutnya dengan sebatang korek api. “Lihat, ruangan ini penuh dengan terang. Silahkan dinilai, apakah ada cela kosong tak tersinari,” katanya kalem. Tak terbantah siapa pun, dia dinyatakan menang dan sang putri pun berhak menduduki kursi tertinggi. Problem solved.
Kualitas yang ditunjukkan sang ayah dan putrinya adalah apa yang saya sebut sebagai hikmat. Ciri utama orang berhikmat (wise person) ialah kemampuan memecahkan masalah secara genuline dan memuaskan. Ini selaras dengan Jerry Pino yang merumuskan hikmat sebagai kemampuan membuat the best decision at any given situation.
Pintar, di pihak lain, adalah kemampuan mencerna dan mengolah informasi secara cepat. ciri-cirinya, rasional, metodik, linier, dan analitik. Kepintaran umumnya diperoleh dengan olah otak sampai botak.
Dari dulu botak memang ciri orang pintar. Tetapi hikmat (wisdom) tidak hanya memerlukan olah otak tetapi terutama olah hati. Jarang kita sadari, hati kita sebenarnya bisa berpikir. Dalam tradisi literatur kuno, terutama kitab-kitab suci, hati adalah lokasi kebijaksanaan,`hikmat dan kepandaian. Lebih spesifik, hati adalah acess point kita kepada the higher knowledge, yakni kepada Tuhan sendiri. Dalam arti ini, orang bijak selalu berkonotasi orang alim dan saleh.
Kini, ketika rasionalisme warisan Descartes dan Imanuel Kant menjadi panglima, kebijaksanaan yang berasal dari hati (nurani atau suara hati) cenderung dinomor duakan. Yang utama adalah kepala. Dunia politik, bisnis dan kemasyarakatan kita kemudian di dominasi oleh para pakar dan teknokrat bergelar master, doctor, dan professor.

Sumber : Media Satora edisi February 2009


Baca Selengkapnya...